http://www.inkaikotadepok.blogspot.com

Juli 25, 2012

Atlit Frustasi Tanpa Perhatian ???

Jangan Biarkan Atlet Nasional Frustrasi 

  

JAKARTA – Tidak selamanya atlet merasa puas terhadap pujian dan sanjungan ketika meraih sukses di berbagai event dan multi event internasional. Namun ada kalanya merasa jenuh dan frustrasi setelah sadar prestasi yang dihasilkan belum bisa dijadikan tumpuan menggapai kehidupan di masa mendatang saat pensiun. Hal itu yang dialami mantan pejudo nasional Ceto Cosadek. 

Setelah mempersembahkan lima medali emas bagi Merah-Putih di SEA Games sejak tahun 1987 hingga 1997, Ceto, yang kini berusia 42 tahun, mulai bingung dan merasakan arti jerih payahnya membawa nama harum bangsa dan negara bagi kehidupannya di masa mendatang tidak bisa diandalkan untuk menopang kehidupannya.

Untuk itu ia berharap pada pemerintah maupun swasta agar memperhatikan kehidupan atlet saat pensiun nantinya. Seperti kehadiran Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI), yang diharapkan bisa berperan mencarikan jalan keluar terhadap mantan atlet yang belum memiliki pekerjaan yang layak, karena kehdiupan atlet bukan saja membutuhkan bonus atau penghargaan yang sesaat.

Mantan atlet memiliki kehidupan panjang saat mengarungi masa pensiunnya bersama sanak keluarganya. Hal itu yang mengilhami Ceto agar YOI tidak memberikan hadiah atau materi pada mantan atlet. Yang lebih utama adalah mencarikan jalan keluar di bidang usaha atau pekerjaan sesuai dengan keahliannya, bagi mantan atlet yang pernah mengarumkan nama baik negara dan bangsa.

Ketika belum mendapat pekerjaan yang layak dari pemerintah maupun swasta, Ceto mulai berpikir panjang dan akhirnya frustrasi mengundurkan diri dari dunia judo. Padahal prestasinya masih menanjak, meski sempat muncul generasi muda seperti Kresna Bhayu.

“Saya mundur dari judo setelah merasa tidak digunakan lagi. Baik sebagai atlet maupun pelatih, padahal saya mempunyai resep tersendiri untuk menjadikan atlet judo bisa berprestasi puncak. Selain itu, kehidupan saya belum mapan membuka usaha bengkel,” ujar Ceto.

Guna mengejar kehidupan dan masa depannya, akhirnya Ceto memberanikan diri mundur dan tidak menyentuh lagi dunia judo. Hal ini sangat disayangkan bagi perkembangan judo di Tanah Air yang sedang membutuhkan pelatih dan atlet handal. Padahal ketika Ceto mundur dunia judo mulai mengalami penurunan dalam perolehan medali di SEA Games.

“Saya sangat mengharapkan peran swasta seperti Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) lebih banyak lagi bisa menyentuh kehidupan mantan atlet, supaya atlet yang sedang mengejar prestasi, termotivasi untuk berbuat yang terbaik bagi bangsa ini, dan tidak ragu lagi memasuki pensiunnya,” kata Ceto.

Atlet yang tersisa dan sangat diharapkan menyumbang medali emas di berbagai SEA Games hanya tertumpu pada Kresna Bhayu. Begitu juga di SEA Games XXVI, November, mendatang, tim judo Indonesia masih tertuju pada Bhayu meski usianya sudah berkepala tiga alias 36 tahun.

Sementara Ceto sendiri fokus pada usahanya untuk menghidupi kedua putrinya yang kini menginjak remaja, namun tampaknya usaha Ceto membuka bengkel kondisinya naik turun. Hal itu yang membuatnya terjepit dan akhirnya menerima tawaran kembali ke dunia judo, sebagai pelatih di Pelatnas SEA Games XXVI.

Mendapat kepercayaan PB PJSI, Ceto juga diminta menempa atlet junior yang masuk Program Indonesia Emas (Prima). Tapi karena tidak ada kecocokan menempa atlet di SEA Games XXVI dengan pelatih lain, akhirnya Ceto mengundurkan diri sejak September 2011 dan kini merintis lagi membuka bengkel di Kawasan Pondok Cabe, Jakarta Selatan.

“Dari pada tidak sesuai dengan kata hati selama melatih di Pelatnas, saya lebih baik mundur,” ujar Cetio. Ceto mundur dari Pelatnas, namun hati kecilnya tetap ingin memajukan olahraga judo. Guna memenuhi keinginannya dan mencurahkan keahliannya di dunia judo, Ceto membimbing dua putrinya menjadi pejudo handal.

Ia bersyukur dalam waktu empat bulan latihan, kedua putrinya langsung menjadi juara junior di tingkat DKI Jakarta. Ha itu yang memberikan kebanggaan tersendiri baginya, sambil menekuni dunia bengkel untuk menyambung hidup bagi anak dan istrinya.(inf) (//fit)