Sunday, 15 July 2012 13:27
JAKARTA – Indonesia kembali menambah satu medali perunggu pada
Kejuaraan Karate Asia (AKF) 12th AKF Junior &
Cadet Championship 14-17 July 2012, di Tashkent, Uzbekistan. Prestasi itu ditorehkan trio junior
kata putri Nawar Kautsar Mastura, Vina Aprilia, dan Ni Made Dwi Puspita Sari
pada nomor kata beregu putri junior kemarin.
Perolehan medali di
nomor junior ini termasuk minim. Dari sembilan nomor junior yang diikuti
Indonesia, ternyata hanya satu nomor yang menghasilkan medali. Selebihnya,
kandas di babak-babak awal.
Namun, hasil ini tetap
lebih bagus dari perolehan nomor junior pada Kejuaraan Karate Asia di Quangzhou,
China, tahun lalu. Saat itu, Indonesia hanya mampu menorehkan tiga medali
perunggu di nomor kadet, sementara junior gagal menyumbangkan satu medali pun.
Karena itu, kesuksesan
Nawar dkk perlu diapresiasi. Sebab, mereka mampu mencairkan kebekuan nomor
junior di level Asia.
Trio kata beregu putri
Indonesia itu merebut medali perunggu dengan perjuangan yang sangat berat.
Setelah Nawar Kautsar dkk gagal pada semifinal lantaran ditundukkan trio kata
beregu putri asal Iran, mereka mampu menunjukkan kualitasnya dengan mengalahkan
tim kata beregu putri Kazakhstan pada repechage (peluang kedua) untuk merebut
posisi ketiga.
Sayangnya, sukses itu
tidak diikuti karateka-karateka junior lainnya. Di nomor kata perseorangan
putri, Nawar harus mengakui kehebatan karateka Iran Rahmani Parisa yang
menaklukkannya 3-2 pada pertandingan babak pertama. Begitu juga, karateka kata
perseorangan putra Rakha Agung Suryandaru tak berdaya di tangan karateka Iran.
Hal sama menimpa enam
karateka nomor kumite Jonathan Christian Bernard K. di kelas -68 kg putra, Gede
Rizkiy Gustisa Wisnu (+76 kg), Muhammad Ryan Arifuddin (-76 kg), Ridho (-55
kg), Vina Aprilia (-53 kg putri), dan Claresta Taufan Kusumarina (-59 kg).
Mereka juga tak berdaya di babak-babak awal
pertandingan.
”Peluang junior memang
lebih sulit ketimbang kadet. Tapi, kami tetap puas karena mampu membawa pulang
medali dari nomor junior,” ujar Pelatih Mursalim.
Yang jelas, dengan
sukses itu, Indonesia kini mengumpulan satu medali perak dan empat perunggu.
Tiga medali perunggu sebelumnya diraih Renaldy Pratama di kelas +70 kg putra,
Ifka Widya Sari di nomor kumite -47 kg putri, dan Stanley Soegianto di nomor
kata perorangan. Satu-satunya perak direbut Indonesia lewat karateka Feby
Ramadhan Saputra (Kumite -63 kg/putra) pada pertandingan nomor kadet, dua hari
lalu.
Indonesia sendiri
memiliki peluang menambah perbendaharaan medali lewat aksi para karateka senior
hari ini. Tim karate Indonesia sendiri akan turun di enam nomor kumite
perseorangan. Mereka adalah Imam Tauhid Ragananda (kumite kelas -55 kg putra), Jintar
Simanjuntak (kelas -67 kg), Hendro Salim (-84 kg), Martinel Prihastuti (-50 kg
putri), Srunita Sari Sukatendel (-55 kg), dan Yulanda Asmuruf (-68 kg).
Diharapkan beberapa dari mereka bisa menorehkan prestasi terbaik di ajang
karate Asia tersebut.”Kami berharap salah satu dari mereka bisa menjadi yang
terbaik di ajang itu. Kemungkinan terbesar memang di nomor-nomor kecil seperti
Martinel dan Imam. Hanya, persaingan di kelas-kelas tersebut memang cukup berat
biasanya diikuti banyak karateka,” ujar Manajer Tim Indonesia Djafar Djantang.Faktanya
begitu. Rivalitas di kelas tengah ajang Asia ini sangat ketat. Di kelas Jintar
-75 kg misalnya. Benar pada babak-babak awal peluangnya lolos sangat besar
karena akan menghadapi karateka Tajikistan Dilovar Sharipov di babak pertama
dan melawan karateka Uni Emirat Arab Ahmed Salim Basulaib pada babak kedua.
Namun di babak berikut, peraih medali emas SEA Games 2012 Indonesia itu harus
lebih ekstra waspada. Bahkan, kalaupun pada semifinal, dia
kemungkinan akan berhadapan dengan juara Asia tahun lalu asal Pakistan Jalbani
Saadi Abbas. Karena itu, dia harus mampu menjaga performanya.
Begitu juga di kelas
-68 kg putri, Yulanda harus mampu menjaga staminanya dengan baik. Sebab,
persaingan di kelas ini juga tidaklah gampang. Sebut saja di babak pertama, dia
langsung menghadapi lawan berat asal Hong Kong Chan Hau Yan. Bila berhasil
lolos, dia juga akan menghadapi lawan berat, yakni pemenang duel karateka
Kazakhstan Vlada Podmareva dengan Yulduz Turaeva (Tajikistan).
”Persaingan memang
sangat berat. Tapi, jika mereka mampu bermain dengan fighting
spirit tinggi, saya yakin mereka akan mampu menunjukkan kelasnya.
Mudah-mudahan saja bisa mengatasi setiap lawannya dengan gemilang,” komentar
pelatih kumite Zakarias Sogorom.
Sejauh ini, prestasi
nomor kumite Indonesia di level Asia memang masih minim. Ketika tampil pada
Kejuaraan Asia di Quangzhou pada 2011 misalnya, Indonesia hanya membukukan dua
medali perunggu dari total lima medali perunggu nomor senior. Prestasi
itu disumbangkan Umar Syarief di kelas +84 kg dan Donny Dharmawan (-60 kg),
sementara tiga perunggu lain berasal dari Faizal Zainuddin di kata
perseorangan, kata beregu putra, dan kata beregu putri.
Kini Umar dan Donny
tidak lagi tampil di ajang Asia ini. Umar berkonsentrasi dengan klub karatenya
di Swiss, sementara Donny tidak diikutkan karena tidak ikut dalam kejuaraan
WKF Premier League 2012 Jakarta yang menjadi salah satu ajang seleksi kejuaraan
karate di Uzbekistan.
”Kumite
memang tidak sebagus peluang nomor kata. Apalagi, kata beregu putra yang akan
tampil pada Selasa (17/7), punya kans besar meraih medali. Namun, kami tidak
boleh menyerah dulu. Kami harus berusaha tampil maksimal untuk membuat prestasi
membanggakan di nomor kumite,” kata Djafar.